Barokah Kegembiraan Menyambut Kelahiran Rasulullah SAW
Barokah Kegembiraan Menyambut Kelahiran Rasulullah SAW
02/09/2025 | Humas | AkateHari kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan momen penuh keberkahan yang tidak hanya disambut oleh umat Islam, tetapi bahkan dicatat dalam sejarah memiliki pengaruh yang mendalam. Salah satu kisah yang diriwayatkan dalam hadis adalah bagaimana Abu Lahab, paman Rasulullah yang kelak menjadi penentang dakwah beliau, ternyata sempat menunjukkan kegembiraannya saat mendengar kabar kelahiran Nabi.
Kisah Abu Lahab dan Tsuwaibah
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir dari rahim ibunda tercinta, Siti Aminah, budak perempuan bernama Tsuwaibah membawa kabar gembira itu kepada Abu Lahab. Mendengar berita kelahiran keponakan lelakinya yang sehat, Abu Lahab meluapkan kegembiraan dengan sukacita. Ia bahkan memerdekakan Tsuwaibah sebagai wujud rasa bahagianya.
Riwayat Bukhari menyebutkan bahwa Tsuwaibah kemudian menjadi salah satu yang menyusui Nabi Muhammad SAW. Bahkan setelah wafat, Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi oleh keluarganya bahwa ia memperoleh keringanan azab hanya karena perbuatan baiknya memerdekakan Tsuwaibah pada hari kelahiran Rasulullah SAW.
Hikmah dari Kisah Abu Lahab
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa amal orang kafir pada hakikatnya tidak memberi manfaat di akhirat (QS. Ibrahim [14]:18, QS. An-Nur [24]:39).
Namun, dari kisah Abu Lahab kita bisa mengambil pelajaran bahwa ungkapan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW tetap diperhitungkan oleh Allah sebagai kebaikan yang bernilai.
Jika seorang kafir seperti Abu Lahab saja mendapat keringanan azab karena rasa gembiranya menyambut kelahiran Nabi, maka tentu lebih besar lagi barokah dan pahala bagi umat Islam yang memperingati Maulid Nabi dengan penuh kecintaan, syukur, dan amal saleh.
Pandangan Para Ulama Hafizh tentang Maulid
Sejumlah ulama besar yang dikenal sebagai Hafizh (ahli hadis yang menguasai lebih dari 100.000 hadis) juga menegaskan pentingnya Maulid Nabi sebagai bentuk ekspresi cinta kepada Rasulullah:
Imam Al-Hafizh As-Sakhawi: Menyebut bahwa meski Maulid tidak dilakukan pada abad awal Islam, tradisi ini kemudian tersebar di berbagai belahan dunia Islam dan membawa keberkahan besar.
Imam Abu Syamah (Guru Imam An-Nawawi): Menegaskan bahwa memperingati Maulid dengan sedekah, jamuan untuk fakir miskin, dan kegembiraan adalah bid’ah hasanah yang mencerminkan cinta kepada Nabi SAW.
Imam Ibn Abidin: Memasukkan perayaan Maulid sebagai bagian dari bid’ah hasanah yang baik untuk dilaksanakan.
Imam Ibnul Jauzi: Dalam kitab Al-‘Aruus, beliau menyebutkan bahwa membaca Maulid membawa keberkahan, keselamatan, dan doa yang mustajab.
Imam Al-Qasthalani: Dalam Al-Mawahibul Ladunniyyah, beliau menulis bahwa Allah akan menurunkan rahmat-Nya kepada siapa saja yang menjadikan kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai hari besar.
Kesimpulan
Kegembiraan menyambut kelahiran Rasulullah SAW bukan sekadar tradisi, tetapi sebuah bentuk syukur dan cinta kepada Nabi yang mulia. Sejarah mencatat bahwa bahkan seorang Abu Lahab mendapatkan keringanan azab karena kegembiraannya pada hari kelahiran Nabi.
Bagi umat Islam, memperingati Maulid Nabi dengan amal saleh seperti sedekah, membaca Al-Qur’an, serta menyampaikan sirah Nabi adalah jalan menuju keberkahan besar dari Allah SWT.
Maulid Nabi adalah momentum untuk meneguhkan cinta kita kepada Rasulullah SAW sekaligus meneladani akhlak mulia beliau dalam kehidupan sehari-hari.
