Bulan Rabiul Awal: Menghayati Cinta Sejati Kepada Rasulullah SAW
Bulan Rabiul Awal: Menghayati Cinta Sejati Kepada Rasulullah SAW
26/08/2025 | AkateRabiul Awal merupakan bulan yang memiliki kedudukan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan inilah Rasulullah Muhammad SAW dilahirkan ke dunia, sosok teladan agung yang menjadi cahaya bagi seluruh umat manusia. Karena itu, momentum kelahiran beliau yang dikenal dengan istilah Maulid Nabi selalu diperingati dengan penuh suka cita oleh kaum Muslimin.
Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Ada yang mengadakan pembacaan kitab maulid selama beberapa hari, bahkan sebulan penuh. Ada pula yang menggelar pengajian, doa bersama, tasyakuran, hingga beragam perlombaan yang melibatkan anak-anak. Semua bentuk perayaan ini pada hakikatnya lahir dari satu sumber: rasa cinta kepada Rasulullah SAW.
Makna Cinta Kepada Nabi
Cinta adalah kata yang luas, penuh makna, dan bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang. Namun dalam momentum bulan Rabiul Awal ini, penting bagi kita untuk merenungi arti cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Setiap Muslim pasti akan mengaku mencintai Rasulullah. Jika ditanya, “Apakah engkau mencintai Nabi?” hampir semua akan menjawab, “Tentu saja, aku cinta Nabi.” Namun, pengakuan itu terkadang tidak sejalan dengan kenyataan. Masih banyak di antara umat Islam yang lalai dalam menunaikan kewajiban yang diajarkan Rasulullah, seperti salat lima waktu, berpuasa Ramadhan, atau jarang sekali bershalawat kepada beliau.
Di sinilah pesan ulama salaf menjadi pengingat berharga. Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah menasihati, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Ruh al-Bayan karya Syaikh Ismail Haqqi:
“Wahai anak Adam, janganlah engkau tertipu oleh ucapan ‘seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya’. Sesungguhnya engkau tidak akan bersama orang-orang saleh kecuali jika engkau mengikuti amalan mereka. Kaum Yahudi dan Nasrani juga mencintai nabi-nabi mereka, tetapi mereka tidak bersama nabi-nabi itu. Hal ini menunjukkan bahwa cinta semata, tanpa diiringi amal, tidak akan bermanfaat.”
Pesan ini menegaskan bahwa cinta yang tidak dibuktikan dengan amal hanyalah pengakuan kosong.
Membuktikan Cinta Dengan Amal
Mengaku cinta saja tidak cukup. Rasa cinta sejati kepada Rasulullah harus dibuktikan melalui usaha meneladani beliau. Artinya, kita berusaha menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya, dan meniru akhlak mulianya. Bahkan jika belum mampu melaksanakan semua amal kebaikan, setidaknya jangan meninggalkan semuanya.
Prinsipnya sederhana: lakukan sebisa mungkin, dengan niat tulus karena Allah. Mulailah dari hal-hal yang Nabi cintai, seperti membaca Al-Qur’an, memperbanyak shalawat, menjaga akhlak, serta berusaha meninggalkan hal-hal yang tidak disukai beliau.
Dengan begitu, cinta kita bukan sekadar kata-kata, tetapi terwujud dalam amal nyata yang bermanfaat di dunia dan kelak menjadi saksi di akhirat.
Menyambut Bulan Maulid Dengan Cinta
Bukti cinta kepada Nabi juga bisa diwujudkan dengan menghargai tradisi peringatan Maulid. Selama diisi dengan kebaikan—seperti pengajian, doa, pembacaan kitab maulid, dan kegiatan sosial—semua itu menjadi sarana menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah.
Semoga di bulan Rabiul Awal yang penuh berkah ini, kita semakin termotivasi untuk mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW. Meskipun belum mampu sempurna, semoga usaha kecil yang kita lakukan menjadi tanda cinta tulus kepada beliau.
Wallahu a’lam.
